31 Oktober 2008

BANDA ACEH TSUNAMI DRILL 2008


Kota Banda Aceh pada tanggal 2 Nopember 2008 akan melaksanakan latihan evakuasi menghadapi bencana tsunami (tsunami drill) yang dipusatkan di kecamatan Meuraxa. Diawali dengan pelatihan masyarakat oleh fasilitator, gladi kotor (30 Okt), gladi bersih (1 Nov) dan D-Day pada 2 November 2008 .

Tsunami drill merupakan usaha untuk meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat terhadap bencana tsunami. Tidak hanya peralatan yang akan diperagakan kemampuannya mendeteksi tsunami sejak dini, namun juga akan diuji kesiapan masyarakat dan pemerintah jika terjadi bencana. Tsunami drill pada dasarnya merupakan acara puncak dari serangkaian acara pendahulunya yang ditujukan untuk meningkatkan pemahaman tsunami, meningkatkan kesiagaan aparat, mengurangi kepanikan masyarakat, dan ajakan untuk mengikuti tsunami drill.

Adanya bencana tsunami di Aceh 26 Desember 2004 dan tsunami Pangandaran 17 Juli 2005 serta besarnya potensi bahaya tsunami di Indonesia, menyebabkan pemerintah pusat sejak tahun 2005 mulai mengadakan pengembangan sistem Peringatan Dini Tsunami di Indonesia (Indonesia Tsunami Early Warning System, Ina-TEWS) bersama sama dengan instansi pemerintah lainnya yang terkait seperti MENKO KESRA, Depdagri, Deplu, Bappenas, Bakornas PB, Depkominfo, DKP, KLH, Depbudpar, Departemen ESDM, BMG, LIPI, BPPT, Bakosurtanal, LAPAN dan ITB. Sistem ini akan membantu pemerintah untuk membuat keputusan yang tepat dan akurat, kapan harus mengevakuasi penduduk yang tinggal di daerah rawan bencana

Berkaitan dengan pengembangan Ina-TEWS, Kementerian Negara Riset dan Teknologi (KNRT) telah menyusun grand skenario tentang TEWS tersebut. Ina-TEWS dibangun dengan menggalang kerja sama 16 institusi di tanah air dan didukung oleh enam negara sahabat dan akan diresmikan pada 12 November 2008 mendatang. sistem tersebut akan menjadi bagian penting dari sistem peringatan dini tsunami di Samudera Hindia. Diharapkan TEWS ini dapat mendeteksi tsunami maksimum lima menit setelah terjadi gempa, mencakup Samudera Hindia dan Samudera Pasifik dan sesuai dengan standar internasional.

Ina-TEWS terdiri dari dua komponen utama yaitu komponen struktur dan kultur. Komponen struktur merupakan tugas Pemerintah Pusat meliputi pemasangan peralatan deteksi bencana; pengolahan data yang dihasilkan peralatan itu menjadi peringatan bencana; dan penyampaian peringatan tersebut ke Pemerintah Daerah, Instansi terkait, dan media. Sedangkan komponen kultur adalah tugas Pemerintah Daerah, meliputi penyampaian peringatan bencana ke masyarakat; memastikan masyarakat bertindak sesuai dengan yang diharapkan; serta peningkatan kesiap-siagaan masyarakat.

Agar pemerintah daerah, masyarakat dari pemangku kepentingan terkait siap dan tanggap dalam menghadapi ancaman bencana tsunami, diperlukan suatu latihan yang rutin dalam menghadapi bencana tsunami melalui penyelenggaraan Latihan Kesiapsiagaan Menghadapi Bencana Tsunami (Tsunami Drill) untuk membangun kesiapsiagaan aparat pemerintah daerah beserta masyarakatnya dalam menangani peringatan dini tsunami.

Pemerintah Indonesia telah melaksanakan tsunami drill beberapa kali. Dimulai di Padang pada
26 Desember 2005, Bali pada 26 Desember 2006 dan Banten pada 26 Desember 2007
Melalui surat Menteri Dalam Negeri tanggal 22 April 2008 perihal Peringatan 26 Desember sebagai Hari Kesiapsiagaan Tsunami, Mendagri juga menginstruksikan kepada Gubernur, Bupati dan Walikota agar pada tanggal 26 Desember dijadikan Hari Siaga Tsunami dan melakukan kegiatan peningkatan kesiapsiagaan masyarakat menghadapi bencana tsunami (Tsunami Drill).

Menindaklanjuti surat tersebut Kementerian Negara Riset dan Teknologi bekerjasama dengan Depdagri dan LIPI pada tanggal 25 s/d 26 Juni 2008 di Jakarta melakukan Workshop Sosialisasi Rencana Dan Pelaksanaan Tsunami Drill Nasional 2008. Acara yang dibuka oleh Asisten Deputi Analisis Kebutuhan Iptek, Drs. Edie Prihantoro, M.Sc, mewakili Deputi Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Kementerian Negara Riset dan Teknologi, dihadiri oleh kurang lebih 16 orang peserta yang berasal dari 4 propinsi yaitu Nanggroe Aceh Darussalam, Bengkulu, Gorontalo dan Manado, membahas tentang sosialisasi serta kesiapan kapasitas daerah untuk melakukan kegiatan Tsunami Drill di propinsinya masing-masing. Tampil sebagai pembicara adalah Dr. Teddy W Sudinda (RISTEK), Drs. Awan Yanuarko (Depdagri), Dr. Hariyadi Permana (LIPI), serta Suhardjono, Dipl. Seiss (BMG). Hasil dari workshop ini adalah bahan telaahan kesiapan kapasitas daerah dari 4 propinsi sebagai calon Focal City Tsunami Drill 2008, dimana telaahan akan meliputi antara lain, potensi bencana, populasi daerah latihan, infrastruktur penanggulangan bencana serta rencana pelaksanaan tsunami drill). Selanjutnya Tim Nasional Tsunami Drill 2008 akan menelaah daerah mana yang lebih siap dalam melakukan Tsunami Drill 2008 sebagai Focal City.

Untuk menyatukan persepsi bagi pihak-pihak terkait dalam menyukseskan kegiatan tsunami drill 2008 di Kota Banda Aceh, telah dilakukan Simulasi Table Top dalam rangka persiapan Tsunami Drill, dengan pelaksana World Vision dan MPBI (Masyarakat Peduli Bencana Indonesia) dan diikuti oleh TDMRC Universitas Syiah Kuala selaku fasilitator dalam kegiatan Tsunami Drill Kota Banda Aceh. Kegiatan ini dibuka oleh Walikota Banda Aceh, Ir. Mawardi Nurdin M.EngSc. Beberapa Narasumber juga mengisi kegiatan tersebut: Dr. M. Ridha dari TDMRC, Tedy W. Sudinda dari Kementrian Riset dan Teknologi, serta perwakilan dari BNPB.

Pemko Banda Aceh bekerjasama dengan BRR juga telah melaksanakan berbagai persiapan akhir untuk pelaksanaan tsunami drill tersebut.

Semoga Sukses.

Tidak ada komentar: